a many little think called love

a many little think called love
give a love = get a love

Selasa, 03 Januari 2012

*EuphoriA*

BAB I
Waktu yang tak bisa di hentikan

   Hal wajar bagi seseorang merasa waktu berjalan dengan cepat karena perasaan bahagia, namun banyak pula yang merasakan waktu berjalan dengan lambatnya karena perasaan sedih. Seandainya waktu bisa ditentukan dan waktu bisa berputar ulang, apa yang akan dirasakan ?.
   Didunia ini seseorang pasti tidak tahu apa yang akan terjadi, namun ada pula seseorang yang tidak menyadari apa yang telah dilakukan sebelumnya. tahukah ?, apakah semua masalah waktu, dan manusia tak bisa atau bahkan tak biasa mengontrolnya sehingga waktulah yang mengendalikan.
   Aku, mungkin salah satu korban kekejaman dari waktu, aku dan saudara kembarku dilahirkan tidak sesuai dengan waktunya sehingga membuat kami merasa aneh, aneh akan dunia kami yang bukan hanya sekedar nyata.

11.13 AM  Los Cancerberos del Infierno Hospital.
"Angel Azteca Dysphoria dan Angel Azteca Euphoria, nama yang indah"
" Suster Gilberta, apakah itu anak dari pasangan mr.Smith dan ny.Gabriela yang lahir prematur ? " tanya salah seorang suster seraya mengganti popok salah seorang bayi yang menangis.
" Ya, benar. mat mereka bewarna Hazel dan indah. namun lihat perbedaan keduanya, Euphory tenang sekali dan Dhy sangat resah, ada apa sesungguhnya ?"Gilberta sejenak terbingung ketika menggendong tubuh salah satu dari kedua bayi itu.
 "Benar ! benar sekali, kufikir hanya aku yang merasakanya, aku merasakan ketika menggendong dhy, aku merasakan ketakutanku sendiri yang selama ini menghantui, namun ketika ku menggedong euphory, semuanya terasa berbeda." terjawab sudah pertanyaan Gilberta, ia hanya termanggut mentap mata bayi itu yang kembali menatapnya.
   Butuh waktu yang lama memecahkan misteri itu, hingga akhirnya 3 Mingu kemudian  mr.Smith dan ny.Gabriela membawa pulang kedua bayi itu. 


-------------------------------------------------------------------------------------------Euphory


   6 Tahun berlalu dengan cepat.
"Euphory, apakah kau tahu apa itu kematian ? kemana orang yang telah mati itu akan dibawa ? "
"Kurasa semuanya akan dibawa ketaman yang indah penuh dengan nyanyian dan tawa.Dhy, kenpa kau tanya itu ?"
"Entahlah Euphory, aku meraskan dad akan dibawa kesuatu tempat  yang penuh dengan penderitaan " dhy menjawab dengan tenang namun tatapanya pada peti mati yang akan di usung kedalam liang pemakan itu menakutkan, dan aku melihat Dhy menatap peti mati itu dengan tatapan tanpa kesedihan. Namun, penderitaan. 
Los Nuevo Inferno kindegarten.

   Aku hanya bisa menatap anak-anak yang bermain di taman berlarian riangnya penuh dengan tawa, menatap mereka entah hatiku senang walaupun ku tahu secara klinis fisikku tak sekuat Dhy. Dhy, ditakdirkan untuk menjadi adikku, Dhy patut untuk mendapatknya dan aku sangat menyayanginya, aku berharap ia bahagia.

   Namun, ketika ku tatap mata anak itu kepada seseorang yang jatuh didepanya dan menangis, ia hanya terdiam dan tidak melakukan apapun. seorang guru datang dan membangunkan anak yang mengis itu, lututnya berdarah karna jatuh, Dhy dengan wajah datarnya hanya menatap anak itu dan ia berhenti menangis dan bersembunyi di balik tubuh besar guru itu. Entah apa yang dikatakan guru itu sehingga ku melihat wajah Dhy sedikit murung, anehnya ia kembali menatap guru itu dan dengan agak terkaku guru itu pergi dengan bergegas.


---------------------------------------------------------------------------------Dhy


   Apa yang kuperhatikan adalah hal nyata dibalik tempat kerja Dad, seorang wanita yang hampir tak menggunakan sehelai benangpun di tubuhnya tertawa mengikik di pangkuan kursi Dad. Apa yang mereka lakukan ?. aku tak mengerti mengapa Dad bersama wanita itu. 
"Dhy, dimana kau ? " seseorang memanggilku, suaranya tak asing bagiku. aku terkaku tak bisa ku lontarkan sedikitpun kata-kata setelah melihat adegan mesum Dad diruang kantornya.
     kulihat Euphory mendatangiku dengan perlahan, kutatap matanya yang bingung menatapku.
"apa yang kau lakukan disini, Dhy ?" tanyanya
"ssssssstttttt ..... " aku mendesis dan menutup mulutnya dengan jari telunjukku.
" ayo cepat pergidari sini nanti ketahuan Dad " uacapku mendorong Euphory berbalik dan pergi. Namun sesuatu terjadi, ketika Euphory berbalik dan pergi, baru kulangkahkan kakiku untuk meninggalkan ruangan itu.
"Dhy ! apa yang kau lakukan didepan ruanganku ?! kemari kau ! " Dad keluar dan terkejut melihatku yang hendak lari, dengan sigap tanganya menarik kerah bajuku dari belakang hingga aku tercekik. Dad menarikku masuk kedalam kantornya kemudian melemparku kesofa miliknya.
"apa yang kau lakukan, Hah !?" kurasakan amarahnya mencuat dan merasa terganggu akan sikapku. 
 "tenanglah ,sayaang. anak kecil ini takkan menganggu dan membeberkan hubungan kita pada ibunya" ucap wanita itu, kemudian ia melangkah dan mencekam daguku hingga terasa sakit sekali.
"hmm, baiklah jikalau itu maumu " Dad luluh begitu saja karna ucapan wanita itu, kemudian menciumnya. Bagiku itu hal yang menjijikan.
"aku sedikit haus bisakah kita minum teh ? " tanya wanita itu.
"tentu sayang" jawab Dad.
" hei kau ! suruh kakakmu mempersiapkan teh, cepat ! " bentaknya
"ba..baik, Dad " jawabku tergugup dan pergi, aku tak mengerti jalan fikiran wanita ular itu, 
   Perlahan ku lewati lorong rumah tua ini denganjantung yang berdegup lebih cepat dari biasanya, aku takut sungguh aku takut. Ku melangkah menuju kamar Euphory, kulihat ia sedang bermain dengan bonekanya dan peralatan teanya. 
"Euphory, Dad menyuruh kita untuk menyiapkan tea" ucapku kelu.
"benarkah ? " tanyanya dan aku mengangguk.
" baiklah, aku akan mempersiapkan air panasnya dan kau menyiapkan cangkir dan tekonya" pintanya, dan aku kembali mengangguk.
    Perlahan namun pasti itu adalah prinsip aku dan Euphory selama ini. Ku buka lemari cangkir dan mengeluarkan satu per satu hingga menjadi sepasang, ku hampiri Euphori yang tiba-tiba saja terdiam, dan kudengar suara ringisan.
"Euphory, kau kenapa ?" aku mengendap endap mendekatinya kemudian ia berbalik.
"aku baik baik saja " ucapnya tersenyum.
" Ayo, kita temui Dad " ucapnya dan mengangkat teko kecil yang sudah diisi dengan air teh.
   Ya, kami berjalan dengan tangan dipenuhi oleh perlatan tea. aku membawa sepasang cangkir dan Euphory membawa tekonya, ketika Euphory menuangkan teh itu ke cangkir milik wanita itu, Euphory tak sengaja membuat cangkir tehnya terjatuh.
"AWW !! " teriak wanita itu karna tehnya menetes ke pahanya yang dengan mini skirt bewarna merah itu. 
     Tanpa ku sadari, tangan Euphory nampak melepuh, atau mungkin karena ia tak sengaja menyentuh panci air panas ketika ingin menuangkanya ke teko. Tanganya terlihat gemetar karna takut sekali wanita itu marah.
" maaf nyonya.. sungguh maaf...." ucap Euphory lirih seraya berusaha mengelap tumpahan itu dengan bajunya, karna bodohnya kami lupa membawa serbet ataupun tissu.
"Smith, lihatlah apa yang anakmu lakukan padaku !" rengeknya seraya menerpa tumpahan teh itu dan bergerak risih akan Euphory yang sudah membantunya sejak tadi.
   aku terdiam tak begeming entah apa yang akan dilakukan oleh Dad terhadap Euphory, sungguh hatikku benar-benar takut, aku melihat Dad menatap Euphory dengan geram, Dad mematikan puntung cerutunya yang mengepul sejak tadi, ia bangkit dari duduknya dan ia menarik rambut Euphory layaknya ekor kuda dan..
"plak ! " Dad menamparnya keras sekali hingga pipi kanan Euphory memerah, kutatap matanya yang sudah memerah karena menangis.
   Dad, sudah hentikan ! aku tak mampu untuk meneriakkannya hatiku meiringis saat melihat hidungnya mengeluarkan darah, aku bergegas menariknya keluar dan membawanya ke dapur.
"Euphory, maafkan aku..aku..aku.. tak bisa membantumu " ucapku ,sungguh aku merasa bersalah.
"sudahlah Dhy, tak apa, aku tetap bersukur kau tak di siksa oleh Dad dan nyonya itu " ucapnya sedikit bergetar seraya membersihkan hidungnya di wastafel.
   Hari demi hari sungguh panjang yang dilalui tanpa henti, setiap hari Dad pulang bersama wanita itu. Mom bekerja di kantor dan setiap hari pulang sangat larut. Aku dan Euphorylah yang terkurung di rumah yang penuh dengan suasana derita.


2 minggu kemudian.



  Aku tak mengerti apa fikiran mereka, kenapa manusia yang akan mati ditangisi padahal jika terfikirkan olehku, menangispun takkan mengembalikanya. Dad diberitakan tewas ketika mengemudi, Dad divonis mengidap jantung Coroner satu minggu lalu, dan penyakit itulah yang membunuhnya.
   Aku hanya melongok menatap ibu dan Euphory mengis sesenggukan mengantar dad kedalam pemakan, apakah mereka tidak sadar dengan apa yang dad lakukan terhadap kita ?. Dad berselingkuh dengan gadis berkepala ular itu, dan Euphory dipukul didepan mataku oleh dad karna tak sengaja menumpakahkan secangkir teh milik gadis itu, sungguh terlalu bukan ?.
   Kini ketika hujan rintik jatuh membasahi tanah lian pemakaman dad aku terheran kema akan dibawa tubuh sosok seorang ayah ini, yang telah memberikan beberapa rasa luka pada hati mom, aku hanya menatap peti itu aku berharap bahwa ia akan dibakar dan disiksa seperti ia menyiksa hati mom.
"Euphory, apakah kau tahu apa itu kematian ? kemana orang yang telah mati itu akan dibawa ? " kutanyakan itu padanya untuk menghilangkan rasa penasaran serta sesak dalam hatiku.
 "Kurasa semuanya akan dibawa ketaman yang indah penuh dengan nyanyian dan tawa.Dhy, kenpa kau tanya itu ?" kulihat matanya yang berlinang air mata mengucapkanya dengan tulus namun tersirat tanda kebingungan.
 "Entahlah Euphory, aku meraskan dad akan dibawa kesuatu tempat  yang penuh dengan penderitaan " saat ini itu yang kuharapkan, aku tak bersedih karna ia telah pergi meninggalkan kami, namun satu hal yang kurasakan yakni kebencian akan perbuatan Dad dan menyesal kenapa aku terlahir dari keluarga yang penuh penderitaan ini.
--------------------------------------------------------------------------------- Gabriella.


Musim Gugur, April 1978
    Akankah hari ini selalu datang saat aku merasakan kebahagiaan. Smith akan melamarku, di mengatakan bahwa ia mencinataiku, bahagianya aku. dunia ini berputar layaknya komedi putar dan kincir besar. begitu indahnya saat angin menerpa wajahku dan menggugurkan daun yang bewarna coklat oranye, gemericik air sungai yang kulalui saat aku sedang lari pagi, oh, cahaya matahari ini semakin hangat di tubuhku.
"Hai, Gabriella. mengapa wajahmu begitu bahagia ? "  tanya Emily seorang nenek yang sedak duduk menikmati musim gugur di pinggir danau.
"Hai, Emily. oh begitukah aku ?. " tanyaku seraya tersenyum seraya berlalu melanjutkan lari pagiku.
   Pernah beberapa orang berkata bahwa, kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Namun, aku harus tetap yakin bahwa Smith mencintaiku, sampai kapanpun.
   Sesampainya dirumah, aku segera melepas handuk kecil yang tersangkut di leherku, badanku sungguh di bsahi oleh keringat. segera ku mandi dan mempersiapkan sarapan pagi lalu pergi menuju kampus.


Camerino University
"Gabriella, pernahkah kau terfikir jikalau smith tidak mencintaimu ?" tanya Jesicca
" Heii, apa yang kau fikirkan ? " kulontarkan kembali sebuah pertanyaan, tak dapat kufikirkan apa yang Jesicca tanyakan padaku tadi.
"Ya, mungkin saja kan. lagipula tidak heran jikalau ia sangat popular di antara para wanita. lalu kenapa ia memilihmu ? seorang gadis yang polos seperti mu ? "Jesicca menghujaniku pertanyaan. 
   Oh, apa yang harus aku lakukan ? jikalau semua itu benar-benar terjadi ?. Hatiku menggumam, semua yang dosen katakan di podium tak bisa menghilangkan fikiran-fikiran aneh itu, semua kalimat pertanyaan itu begitu menganggu. lalu kenapa ia memilihmu ? seorang gadis yang polos seperti mu ?.
   Kurasakan waktu tak bisa menghentikan waktu aga aku bisa memastikan semua itu benar-benar tidak benar, semua intuisi ini membuatku gila. Merubah dengan cepatnya perasaan berbungaku menjadi racun di pembuangan sampah yang sudah busuk. Akankah ini akan segera berakhir ?. OhTuhan hentikan waktu ini.
   Tic Tock Tic Tock . Dentuman jarum jam itu membuatku semakin depresi, waktu begitu lama dan berjalan lambat, kudengar tawa disekelilingku saat KRIIIIIIIIIIING !.
"Baiklah saya akan melanjutkanya minggu depan " seorang bapak tua itu turun dari podium dan keluar kelas. Aku hanya menghela nafas dan sedikit lega dan terbantu untuk kuliah ini sudah berakhir.
   Kulangkahkan kakik dengan cepat, bergegas ku ke locker penyimpanan buku dan meletakan semua isi tas ku kedalamnya. Ya. terkadang aku menginginkan otakku dapat kusimpan agar semua ini tak dapat membebaniku. Kubuka ponselku dan ku buka kontak yang ada dalam ponselku, ku cari dari satu per satu nama yang ada dari ber puluh-puluh nama dan pada khirnya aku menemukanya, Smith.
 "Hai, kau dimana ?, baiklah, maaf. bisakah kita berbicara sebentar ?. Oh, sekali lagi maaf. Jam 19.00 di Cafe seperti biasa, oke. sampai bertemu nanti, bye.... "
    Click ia memutus telfonya. Ya, hal itu biasa bagiku, menutup telfon sebelum ku ucapkan kata i love you padanya. Terkadang, aku sedikit ragu padanya, apakah ia mencintaiku ? mengapa ia melamarku ? . 
    
19.10 PM, Macquarie centre cafe
    Sudah telat 10 menit ku menunggunya. Tidak, lebih tepatnya aku telah berada di cafe ini 30 menit yang lalu. sudah kuhabiskan 2 cangkir kopi didepanku, namun ia belum juga datang.
     Kutatap keluar jendela yang dipenuhi dengan kaca, hujan yang sudah membanjiri kota yang redup akan lampu-lampu malam. Apakah ia takkan datang ?, apakah benar ia tidak mencintaiku ?. Fikiran itu terus kembali dan kembali layaknya bumerang bagiku, semakin jauh ku menepisnya maka semakin besar yang kurasakan, yakni keraguan.
"Maaf, Gabriella. apakah kau sudah menunggu lama ?" tiba-tiba saja ia datang dan kemudian duduk dihadapanku
"Ah, tidak. akupun baru saja datang " ucapku dengan senyum agak kupaksakan.
"Ada apa ? kau ingin membicarakan sesuatu denganku ? " tanyanya penasaran
 "Ah, iya. Aku ingin menanyakan sesuatu padamu, maukah kau menjawab ini dengan sejujurnya ? " kini aku kembali dengan sebuah pertanyaan
"Tentu, kau membuatku sedikit takut sekarang. Ok, baiklah aku akan menjawabnya dengan jujur" ia menyetujuinya
"apakah kau mencintaiku ? " sepontan kutanyakan perasaan itu padanya
"Gabriella, apakah kau meragukanku ? tentu saja aku mencintaimu honey " jawabnya seraya merayu dan mengenggam tanganku.
"Setelah graduation dad memperkerjakan aku di perusahaanya. dan aku akan datang dan melamarmu " ucapnya meyakinkan. Aku hanya mengangguk dan tidak lama kemudian seorang pelayan datang dan memberikan sebuah menu.
      Aku merasakan bahwa malam ini aku harus yakin akan apa yang kurasakan juga apa yang ia rasakan, karena aku yakin semua itu tidak ada yang salah. Hanya saja aku terlalu terbawa emosi akan kehilangan yang begitu mendalam.
                                                                                                           Bab I _Fin
tambahan caracter ::



    sebenernya, Euphory gadis yang agak sedikit tomboy tapi manis lhoo... namun Dhy gadis yang feminim, aneh ga sih dengan sifat mereka ? tapi manis untuk dilihat.
 Mata yang bewarna Hazel ini mempunyai sifat kelembutan yang mungkin tidak dimilliki banyak orang pada zaman mereka, semua teman taman kanak-kanaknya memilik mata bewarna Old Brown, jadi hampir mirip hitam.
  jadi tak heran banyak orang yang bisa jatuh hati atau bahkan merasakan penderitaan karna mata ini. secara genetik mereka dilahirkan prematur tentu saja karena beberapa faktor yakni: orang tuanya terlalu banyak mengkonsumsi obat dan banyak mengalami tenanan emosional, bisa saja menyebabkan mereka mempunyai kepribadian yang aneh,, hiiiiii,,,, ayoo ikuti terus ceritanyaaaa.... :)