Saat melangkah dan angin berhembus, dingin menusuk yang kian mendalam. Namun dingin itu tak sesakit ini, sesakit dimana kesendirian menanti. Hanya menatap jam yang terpasang di pergelangan dan menatap langit yang kian mendung. Ya, hujan akan turun membasahi bumi. Masih menunggu datangnya hati yang kian membaik, tak apa hujan membasahiku, tak apa walau apipun tak apa.
Sesak rasanya menunggu dalam kesendirian, hanya bisa menghela nafas panjang dan merunduk dan kembali melihat jam yang terpasang di pergelangan tangan. Membayangkan sesosok manusia datang dihadapanku dengan segenggam mawar ditanganya dan mengucapkan maaf akan keterlambatanya, kurasa itu mustahil.
Tak semakin membaik perasaanku kini, apa ini ? kenapa begini ?apa yang salah denganku ? sikapku ? ataukah perkataanku ? entahlah. setelah kutatap langit yang kini hujan serasa menangis untukku, membasahi pipiku, dan aku tahu langit kini mewakili perasaanku saat ini. Semakin gelap hari semakin dingin begitu juga semakin gelap perasaanku semakin dingin hatiku, membeku.
Kini aku berusaha melangkahkan kakiku, beku namun ku kuatkan, rapuh namun ku topangkan. Sesak dan sakit saat menatap kursi yang akan ku tinggalkan, terfikir sejenak, bagaimana jika ia datang dan ia menunggu ? bagaimana jika ia tak datang apakah aku yang akan kembali menunggu ?. tersentak kaki ini kaku tak dapat melangkah. Ku langkahkan kaki ini kembali menuju kursi itu dan kembali menunggu.
"aku akan tetap menunggumu walau itu sesakit apapun asal kau tak menderita seperti hatiku "
Kugosokan kedua telapak tanganku yang kian mendingin, memasukanya kedalam sakuku yang hangat. 10 menit, 30 menit, 1 jam, 2 jam, 3 jam telah berlalu. Kau belum datang menghampiriku, ribuan kali ku tatap jamku yang kini berembun dan ribuan kali ku hembuskan nafas panjangku ini. apakah kau tahu ?
Apakah kau tahu betapa indahnya tempat ini ? namun apakah kau tahu seburuk apa sekrang aku ini ?. menunggumu layaknya orang bodoh. Mengharapkan sesuatu seperti sudah gila, apakah kau tahu itu ?. Aku kembali menatap jalan yang basah dari kejauhan, lampu - lampu jalan yang kuning membuatku semakin sedih.
Layaknya lukisan indah biasan air hujan memantulakan cahaya lampu jalan, entah sampai kapan aku harus menunggu jalan yang panjang ini. Terus meratapi nasib yang kian menyedihkan, akan kah kau datang ? jadi bayangmu pun tak apa, sebegitu menyedihkanya kah aku ? sebegitu bodohnya kah aku ?.
Ku lihat bayang dirimu dari kejauhan, apakah ini mimpi ? dengan jas yang basah kau berlari menghampiriku, apakah kau benar- benar menghampiriku dan menghawatirkanku ?, jantungku berdegup semakin cepat setelah menatapnya yang dengan tergesa-gesa berlari kearah ku. Dengan serentak aku berdiri dari duduku, namun apakah ia tahu ? apakah semua perkiraanku ia tahu ?. ia hanya melewatiku tanpa menghampiriku.
Seseorang yang kutunggu selama ini tak sedikitpun menyadari bahwa aku tlah menunggunya, bahwa aku telah menanti begitu lama. Kini hati yang ku jaga semakin hancur saat kulihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa hatinya bukanlah milikku, ia datang dan bahagia dengan orang lain dan itu bukan aku. Ku hanya bisa menatapnya dari kejauhan layaknya mengejar kupu-kupu yang sedang terbang, begitu bodoh.
Meringis hati ini, saat aku tahu bahwa luka ini terlalu dalam dan terlalu perih untuk terobati, atau mungkin tidak dapat menemukan obatnya. Tumpah begitu banyak air dari mata ini, sesak hati ini untuk berkata bahwa seharusnya kunyatakan perasaanku atau bahkan ku menahannya berlalu layaknya angin lalu dihadapanku.
Tak satupun kata yang mampu mengungkapkan perasaanku, tak satupun air mata ini sesungguhnya untuk menangisinya, namun hati ini begitu sakit tak lagi kufikirkan bagaimana tatapnya terhadap orang lain begitu bahagia, mengapa denganku tidak ?.
Aku yakin suatu hari nanti akan datang, datang dimana air mata ini takkan jatuh lagi karna akan ada yang menghapusnya. suatu hari nanti ada yang mengenggam tanganku disaat gelisah dan takut selain mama dan papa. suatu hari nanti ada yang meminjamkan pundaknya untukku bersandar membagi luka yang ada. Suatu hari nanti aku yakin biarkan kini aku membuang cinta yang luka saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar